Tanaman nilam yang sering juga disebut
pengostemon heyneanus, benth atau dilem wangi (jawa), merupakan salah satu
jenis tanaman yang dapat menghasilkan senyawa terpenoid. Tanaman ini telah lama
berkembang didaerah aceh, namun daerah asal tanaman nilam belum diketahui
secara pasti ada yang menduga berasal dari india, srilangka, bahkan filipina.
Tanaman nilam ini termasuk dalam famili Labiateae
yang merupakan tanaman tumbuhan semak dengan ketinggian 0,3 – 1,3 m. Tanaman
nilam berakar serabut, yang panjangnya 10 – 35 cm. Berbatang lunak dan
berbuku-buku, buku batangnya mengembang dan warnaya hijau kecoklatan. Daunnya
merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar
ditengah, meruncing keujung, dan tepi daun bergerigi serta bagian bawah daun
berbulu halus.
Tanaman nilam dapat tumbuh secara vegetatif,
yakni dengan menggunakan potongan-potongan cabangnya. Dapat ditanam secara
langsung dilokasi kebun dan dapat disemaikan terlebih dahulu. Dengan cara ini
selain cukup praktis juga akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Penanaman
nilam sebaiknya dilakukan diawal musim hujan dan diusahakan terhindar dari
panas matahari langsung.
METODE PENELITIANPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fitokimia, yang meliputi pengumpulan bahan tumbuhan dan isolasi. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah daun tanaman nilam (Pogostemon heyneanus, benth).
A. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek peneliti adalah daun tumbuhan nilam (Pogostemon heyneanus, benth, yang sudah agak tua.
B. Prosedur penelitian
1.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
destilasi, kromatografi kolom, gelas
ukur, neraca analitik, tabung reaksi, alat penyemprot, pipet ukur, alat
penetuan titik leleh pipa kapiler, kaca arloji, gelas ukur, alat maserasi. Dan
lain-lain.
2.
bahan yang digunakan adalah serbuk daun nilam
(Pogostemon heyneanus, benth., bahan-bahan kimia adalah metanol, pereaksi
liberman buchard, asam sulfat, kloroform, n-butanol, etil asetat, n-heksan ,
silica gel dan plat KLT.
3.
Cara kerja
penelilti ini meliputi empat tahap pengerjaan yaitu ekstraksi, fraksinasi, pemurnian dan karakterisasi.
penelilti ini meliputi empat tahap pengerjaan yaitu ekstraksi, fraksinasi, pemurnian dan karakterisasi.
a. Ektraksi
sampel daun direndam (maserasi ) dengan menggunakan metanol + 3-4 hari. Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan, disaring, dan dipekatkan dengan penguap bertekanan rendah hingga diperoleh residu yang kering. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan etil asetat : air = 1 :1 sebanyak 3 kali menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air. Selanjutnya dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap fase etil asetat sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Fraksinasi.
Pada tahap ini dilajutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa campuran pelarut yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat untuk melihat komposisi dan sistem pelarut yang tepat yang akan digunakan dalam fraksinasi pada kromatografi kolom. Sistem pelarut antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1. setelah diuji hasil KLT dan diperoleh sistem pelarut- ekstrak yang tepat , selajutnya dilakukan pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak dengan kromatografi kolom. Sampel ekstrak yang mungkin selanjutnya dilarutkan dengan kloroform untuk dihomogenkan dan setelah cukup kering dimasukkan kedalam kolom dan dielusi dengan campuran n-heksan : etil asetat menurut kenaikan gradien poleritas pelarut, mulai dari perbandingan 10 :1 sampai dengan 1 :1. selanjutnya dilakukan kromatohgrafi lapis tipis terhadap masing-masing komponen sehingga dihasilkan beberapa macam fraksi. Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi.
c. Pemurnian
Fraksi yang telah dikumpulkan tadi, selajutnya diuapkan kemudian dilakukan rekristalisasi. Padatan komponen tersebut dilarutkan dengan pelarut methanol pada suhu 50o C, kemudian disaring dengan corong buchner selagi panas. Jika larutan berwarna, ditambahkan norit 1-2% dari berat padatan komponen tadi, kemudian disaring kembali dan filtratnya didinginkan dalam air es sampai terbentuk kristal.
d. Karakterisasi
kristal yang diperoleh uji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dalam eluen n-heksan : etil asetat (2:1) dilanjutkan dengan pengujian titik leleh dan diidentifikasi dengan uji pereaksi Liberman – Buchard.
SUMBER : http://buyungchem.wordpress.com/isolasi-senyawa-terpenoid/